Sabtu, Maret 05, 2011

Tentang Dia

Diposting oleh sii.nda di 07.07
Hai, Tuan Beralis Tebal. :)
Ini tentang anda, iya masih tentang anda, terakhir tentang anda, untuk anda.
Perhaps, perhaps, perhaps.
Tuhan memang seperti sedang memaksaku bernafas tanpa oksigen, tapi mungkin aku tidak sedang berada di bumi. Tapi aku sedang di Pandora, dimana, oksigen tidak lagi diperlukan untuk aku bernafas.
Tuan, aku punya kejelasan tentang aku. Hidupku. Aku.
Ada dua hal di pikiran ini. Pikiranku yang berlogika dan tanpa logika, tanpa kusadari itu bertolak belakang, seperti dua kutub medan magnet yang tidak pernah ingin bersatu, seperti perlawanan Megatron kepada Optimus Prime, seperti hubungan Harga dengan Kuantitas Permintaan Barang Normal yang selalu negatif.
Pikiran Tanpa Logika.
Aku kira, aku mencintaimu. Iya.
Cinta yang merupakan akumulasi perasaan yang aku dapat saat aku bersamamu.
Akumulasi perasaan tak terlukiskan yang kudapat saat aku mengenalmu.
Merasa aman, nyaman, hangat, jatuh cinta, berdebar, tenang, kehabisan kata, sesak nafas, senang, sedih, perih, dan semua yang kurasakan yang diakumulasikan dan kusebut cinta.
Aku mencintaimu, Tuan.
Sangat.
Aku ingin melihat tawamu, berkali kali.
Ingin menggenggam mata sayumu saat kau lelah memandang dunia.
Ingin menahanmu saat sudah terlalu letih berdiri.
Ingin menjadi tempatmu bersandar saat tidak ada dinding yang bersedia menampungmu.
Ingin menjadi satu satunya tempatmu berteduh saat hujan besar.
Ingin menjadi, yang selalu dapat mencintaimu dengan sempurna, dengan sebanyak banyaknya yang Tuhan izinkan.
Aku mendoakanmu setiap berdoa pagi petang siang atau malam.
Mendoakan dirimu. Menyebutkan namamu dalam daftar doaku di dunia.
Mendoakanmu kebahagiaanmu, mendoakan langkah dan urusanmu.
Aku mencintaimu sebanyak itu.
Mungkin aku terlalu banyak mencintaimu, dan kau tidak.
Mungkin aku mencintaimu dengan cara yang salah, tidak tepat.
Mungkin aku tidak dapat dengan benar melindungimu dari terpaan masalahmu.
Mungkin aku tidak dengan benar menempatkanmu dalam hidup.
Dan sejuta mungkin lainnya tanpa kepastian, karena yang pasti hanyalah, kau pergi .
Aku merelakanmu, sungguh. Dengan segenap hati dan jiwa aku merelakanmu.
Bukan karena aku bahagia jika kau bahagia.
Tapi aku merasa baik baik saja saat kau bahagia. Aku tidak bahagia, tapi aku baik baik saja.
Kau tidak bahagia bersamaku, itu keputusanku. Maka, aku merelakanmu.
Bukan karena aku yang harusnya dapat lebih baik, tapi kau. Ini tentang kau.
Kau pantas mendapatkan yang lebih baik, itupun jika aku sudah cukup baik untukmu.
Dan kurasa, aku akan baik baik saja, selama kau baik baik saja.
Pikiran tanpa logika. Sesederhana itu. Sesederhana hubungan antara penjual dan pembeli di pasar persaingan sempurna.

Sesederhana itu.
Tapi, aku hidup, Tuan.

Hidupku, alur ceritaku, semua ada yang memantaunya.
Aku sungguh hanya berharap keluar dari keadaan ini.
Tidak pernah mengenalmu sama sekali atau kau jangan pernah pergi.
Seandainya script takdir ku dapat kuubah semudah itu. Seandainya saja, seandainya itu ada.

Tuan, aku tidak pernah ingin melupakanmu.
Dengan segenap hati, aku sangat takut, jika suatu saat aku menemukan orang yang lebih pandai memunculkan perasaan cinta itu.
Aku takut kau terganti. Aku takut jika orang yang ada dalam doa pagi dan petangku bukan kau lagi.
Aku sangat takut. Hingga aku selalu saja mendoakanmu. Selalu saja.
Tetapi,
Aku punya pikiran berlogika.
Pikiran dengan logika mendalam menempel disini.
Berpikir ulang dan berpikir ulang.

Aku ingin mencintaimu, tapi aku tidak ingin terluka.
Aku tidak ingin tampak bodoh dan dungu.
Aku ingin menjadi kuat dan tegar.

Kau yang bodoh. Bukan aku.
Aku berani bertaruh, hingga hari ini, aku adalah orang tanpa hubungan darah denganmu yang paling mencintaimu di kehidupan ini.
Itu benar.

Aku mencintaimu sebanyak itu, dan masih kau ragukan.
Kau bodoh sekali.
Kau tidak akan menemukan orang seperti aku yang dapat memikirkan hanya dirimu. Yang dalam hatinya hanya tersimpan dirimu.
Itu aku.
Kau pergi, dan berlari, juga terbang, tanpa aku.
Kau bahkan mencari sayap sayap yang dapat membuatmu terbang.
Kau tau, pikiran berlogikaku terluka.
Mungkin. Karena dia hanya memakai akal sehatnya.
Mengatakan sakit, karena terasa sakit. Mengatakan berhenti, karena merasa lelah. Mengatakan mundur, karena jalan didepan berbatu.
Sesederhana itu.
Dan hidupku.
Sudah kubagi dengan sempurna, mungkin.
Aku tidak ingin berkhianat pada diriku dan Tuhan.
Aku harus mengikuti script dari Tuhan.
Dapat saja aku katakan ini takdir. Tuhan yang inginkan. Tapi aku selalu beralasan Tuhan sangat egois jika begitu.
Tuhan tidak. Aku yakin Tuhan tidak.
Jadi, Tuan.
Sekarang aku akan melanjutkan hidup. Berlari ke kanan, ke kiri, lurus atau mundur, kemanapun yang aku mau. Kemanapun yang harus aku lalui.
Tidak akan lagi mencarimu atau mengintipmu dari balik pilar pilar jalan, atau dari sela sela pagar atau rerumputan yang membatasi kita.

I am moving on.
Iya, move on, semudah move lalu on. Semudah orang berkata muf on.
Move on. Beranjak dari tempat yang kau tinggalkan.
Hanya itu. Karena pikiran berlogikaku mengatakan demikian.
Melupakanmu, mungkin.
Ini bukan untukmu.
Bukan juga untukku.
Mungkin untuk Tuhan, menghargai script yang Dia berikan.
Mungkin untuk mereka, mereka yang melihat kita, mereka yang juga merasakan hal yang sama.
Aku tidak boleh jadi orang bodoh.
Aku harus menjadi wanita yang dapat dijadikan contoh oleh wanita lain.
Wanita tidak boleh menjadi bodoh, karena laki laki sudah sangat bodoh.
Pikiran tanpa logika ku, tidak boleh dibenarkan tindakannya oleh orang orang lain, karena itu tidak benar.
Yang benar adalah, melakukan hal baik dan berguna.
Iya. Move on.
Urusan Tuhan.
Perasaan takut nanti seperti ini dan itu yang ku utarakan, mungkin Tuhan muak dan jengah terhadapku.
Aduanku selalu tentang itu. Padahal, itu urusan Tuhan yang seharusnya tak ku campuri.
Jadi, aku mungkin hanya akan berusaha menjadi pemain terbaik dalam script nya sekarang.
Dan aku berkata, “Hey Tuhan, aku siap!” sambil tersenyum.
Aku akan selalu tersenyum. Aku berjanji berusaha untuk itu, mungkin.

Doaku yang terakhir,
Aku tau apa yang selama ini aku jalani tidak tepat, tapi sungguh aku sangat menyayanginya. Aku ingin menjadi wanita yang tepat untuknya, aku tau ini egois tapi sunggh ini adalah permintaan yang tulus dari hatiku. Amin.

Ini bukan untukku, ini untukmu.

Ini bukan tentangmu, ini tentangku.

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

0 komentar:

 

Template Copy by Blogger Templates | BERITA_wongANteng |MASTER SEO |FREE BLOG TEMPLATES